Malaikat Tidak Berhak Diibadahi
Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin
Malaikat Tidak Berhak Diibadahi adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Fathul Majid Syarh Kitab At-Tauhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Rabu, 9 Rabi’ul Awwal 1444 H / 05 Oktober 2022 M.
Kajian Tentang Malaikat Tidak Berhak Diibadahi
Di dalam surah Saba’ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
… حَتَّىٰ إِذَا فُزِّعَ عَن قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ ۖ قَالُوا الْحَقَّ ۖ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
“Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata ‘Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab: ‘Perkataan yang benar’, dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Saba’[34]: 23)
Mereka dalam ayat ini maksudnya adalah para malaikat. Yang mengatakan ini adalah Ibnu Abbas, Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, Abu Abdurrahman As-Sulami, Asy-Sya’bi, Al-Hasan Al-Bashri dan selain mereka.
Ibnu Jarir berkata, para ulama mengatakan: “Mereka dihilangkan rasa takut itu akibat para malaikat takut saat mendengar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian akhirnya mereka pingsan.”
Para malaikat yang besar saja takut terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ibnu Athiyah berkata: “Di dalam perkataan ini terdapat hal yang disembunyikan atasnya secara lahiriyahnya. Seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Dan para malaikat tidak bisa memberikan syafaat sebagaimana yang kalian anggap. Bahkan mereka adalah hamba-hamba Allah yang berserah diri kepada Allah selamanya.’”
Ibnu Katsir berkata: “Inilah yang benar (bahwa yang takut tersebut adalah para malaikat), tidak ada keraguan di dalamnya, karena berdasarkan hadits-hadits dan juga riwayat-riwayat di dalam permasalahan ini.”
Abu Hayyan berkata: “Telah nampak hadits-hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa yang dimaksud dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala ‘Sehingga jika diangkat rasa takut dari hati-hati mereka,’ itu maksudnya adalah para malaikat ketika para malaikat mendengar wahyu yang disampaikan kepada Jibril. Wahyu tersebut seperti gesekan rantai-rantai besi di atas bebatuan. Maka pada saat itu para malaikat takut hatinya karena mengagungkan dan memuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan makna inilah dari penyebutan para malaikat pada awal ayat, maka akan bersambung ayat ini dengan yang sebelumnya. Dan barangsiapa yang tidak paham bahwa para malaikat yang diisyaratkan dalam ayat ini dari awal firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ayat ini tidak akan tersambung dengan ayat yang sebelumnya.”
Di dalam ayat tadi Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Apa yang telah difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Para malaikat tidak mengucapkan: “Apa yang telah diciptakan oleh Rabb kita.” Kalau seandainya firman Allah itu adalah makhluk, maka niscara mereka akan mengucapkan: “Apa yang telah diciptakan.” Ini menunjukkan bahwa firman Allah adalah sifat Allah bukan makhluk.
Semisal dengan firman Allah ini seperti dalam hadits: “Wahai Jibril, apa yang dikatakan oleh Rabb kita?” dan yang semisal seperti ini di dalam Al-Qur’an dan hadits sangatlah banyak.
Di dalam ayat disebutkan bahwa para malaikat menjawab: “Perkataan yang benar.”
Para malaikat menjawab: “Yang diucapkan oleh Allah adalah Al-Haq.” Yang demikian itu karena para malaikat jika mendengar firman Allah maka mereka pingsan. Kemudian jika mereka sudah sadar maka mulai bertanya: “Apa yang diucapkan oleh Rabb kita?” maka mereka menjawab: “Allah berfirman dengan kebenaran.”
Di dalam ayat tadi disebutkan: “Dan Allah Maha Tinggi dan Maha Besar.”
Di sini ada tiga ketinggian Allah; ketinggian kedudukan, kekuasaan, dan DzatNya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seluruhnya adalah Maha Tinggi.
Maka Allah memiliki ketinggian yang sempurna dari seluruh sisi. MartabatNya tinggi, kekuasaanNya tinggi, DzatNya pun tinggi. Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Mubarak Rahimahullah ketika beliau ditanya dengan apa kita mengenal Rabb kita? Maka Abdullah bin Mubarak rahimahullah berkata:
بأنه على عرشه بائن من خلقه
“Dengan meyakini bahwa Allah di atas ‘Arsy terpisah dari makhlukNya.”
Hal ini bentuk berpegang-teguhnya Abdullah bin Muabarak dengan Al-Qur’an, yaitu surah Thaha ayat 5:
الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ
“Allah Ar-Rahman beristiwa’ di atas ‘Arsy.” (QS. Tha Ha[20]: 5)
Dan ayat seperti ini disebutkan oleh Allah tujuh tempat dalam Al-Qur’an bahwa Allah beristiwa’ di atas ‘Arsy.
Firman Allah: “Yang Maha Besar.”
Maksudnya adalah tidak ada yang lebih besar dari Allah, tidak ada yang lebih agung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini adalah ayat pertama yang dibawakan oleh penulis yang menunjukkan bahwa maksud dari bab ini adalah menjelaskan bukti nyata tauhid, yaitu Allah Yang Maha Kuasa, karena Allah Maha Pencipta dan makhluk adalah lemah.
Bab ini sama dengan bab ke-15. Tetapi bab ke-15 tentang lemahnya manusia, sedangkan bab ke-16 ini adalah tentang lemahnya malaikat.
Jadi meskipun manusianya adalah manusia yang paling mulia (Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), tetap tidak bisa dijadikan sebagai Tuhan yang diibadahi. Karena sekelas Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau tetap Abdullah (hamba Allah) yang tidak diibadahi.
Begitu juga malaikat, sekelas makhluk yang diciptakan dari cahaya, malaikat tidak berhak untuk diibadahi.
Bab ini diulang sebagai penekanan karena banyaknya yang terperosok ke dalam kesyirikan meyakini bahwa makhluk memiliki kekuatan dan kekuasaan yang bukan miliknya. Bayangkan bahwa malaikat saja yang memiliki kekuatan sangat luar biasa tidak berhak untuk diibadahi.
Hubungan bab ini dengan tauhid adalah menunjukkan bukti tauhid dan selain Allah tidak berhak untuk diibadahi. Karena para makhluk yang paling kuat seperti para malaikat dan paling besar badannya, mereka pun sangat takut kepada Allah. Berarti mereka tidak berhak untuk diibadahi. Dan berarti tidak ada yang paling berhak diibadahi selain Allah. Apalagi makhluk-makhluknya lebih kecil dan lemah dibandingkan para malaikat.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari kita download dan simak mp3 kajiannya.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52210-malaikat-tidak-berhak-diibadahi/